Rabu, 30 Maret 2011

Home » , » ATM Kondom Tak Hentikan Penyebaran AIDS di Papua

ATM Kondom Tak Hentikan Penyebaran AIDS di Papua

Ilustrasi korban HIV AIDS (Foto: Ist)
Perkembangan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia tumbuh dengan cepat dan memperihatinkan. Data Ditjen PPM & PL Depkes RI 1987-2010, kasus AIDS mencapai 24.131 kasus.

Pada 2010, kasus AIDS mencapai 4.158. Data tersebut juga menyebutkan Provinsi Papua berada di tingkat pertama dalam kasus AIDS. Disusul wilayah Bali, DKI Jakarta, Kepuluan Riau, dan Kalimantan Barat.

Sementara itu data dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Papua mancatat terdapat pertumbuhan pesat sejak 2006 silam. Jika pada 2006 hanya 3.124 orang yang terinfeksi, pada 2010 jumlahnya meningkat menjadi 6.303 kasus.

Sungguh mengerikan jika melihat data tersebut. Penulis pun mencoba menelusuri penyebab tingginya angka AIDS di wilayah bagian Timur Indonesia itu.

Ketua Harian KPA Papua, Constan Karma, saat ditemui penulis beberapa waktu lau mengungkapkan tingginya angka ini disebabkan aksi prostitusi yang kian marak dikalangan sebagian warga Papua.

Namun tidak ada asap kalau tidak ada api. Iya kebiasaan warga yang masih “jajan” sembarangan inilah yang memicu tingginya kasus AIDS di Papua. Kebiasaan ini terlihat sejak 2002 lalu.

Setali tiga uang, di Kota Jayapura pun menjamur ratusan tempat yang menyediakan servis plus. Umumnya, tempat-tempat tersebut berwajah panti pijat, salon, bar, hingga karaoke.

Tempat-tempat ini lantas menjadi sarang prostitusi yang menyebabkan AIDS di Papua meningkat per tahunnya. Biasanya tempat-tempat itu ramai dikunjungi laki-laki hidung belang di Papua diwaktu hari libur atau weekend.

Pemda Papua pun mencoba menekan angka penyebaran virus HIV dengan menerapkan sistem ATM kondom di tempat-tempat berlangsungnya prostitusi.

Setiap pengunjung pun diwajibkan membeli kondom yang diletakkan di beberapa titik bar-bar sebelum melakukan “aksinya” dengan pekerja seks komersil. Harganya pun terjangkau, karena penikmat seks hanya perlu mengeluarkan beberapa uang logam untuk mendapatkan kondom sebagai pengaman.

Sayangnya progam ini hanya hangat-hangat tahi ayam. Program ini tidak berjalan seperti yang direncanakan. Kurangnya perawatan, membuat kualitas kondom yang disediakan jelek.

SC, salah seorang laki-laki hidung belang di Jayapura, saat ditemui penulis beberapa waktu lalu mengaku kondom yang ada di atm tersebut berkualitas jelek. Bahkan tidak sedikit kondom tersebut sudah bocor, sehingga mereka lebih senang memilih tidak menggunakan “pengaman” saat menggunakan jasa PSK.

Hal senada diungkapkan WS, salah seorang PSK yang ditemui penulis. Dia mengaku awal penerapan ATM Kondom mendapat respons dari warga, namun belakangan program tersebut tidak berjalan.

“Awal-awal diterapkannya ATM kondom, mereka (pria hidung belang) selalu menggunakan kondom. Tapi setelah beberapa kali menggunakan, mereka sudah nggak mau, nggak “enak” katanya,” ujar WS yang kerap mangkal di salah satu tempat hiburan di Kota Jayapura.
Advertise Here
Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar